Sejarah Awal Berdirinya Majapahit
Sejarah Awal
Berdirinya Majapahit
A.
Berawal dari kerajaan singasari
Sejarah
Majapahit berawal dari Kerajaan Singasari yang didirikan oleh Ken Arok.Kejayaan
Singasari sebagai kerajaan terbesar yang menguasai Pulau Jawa pada masa itu
membuat Raja Kubilai Khan[1]
dari Kerajaan Tiongkok ingin menarik (upeti)[2]darinya.
Kertanegara yang saat itu sebagai raja menolak mentah-mentah permintaan itu dan
mempermalukan utusan Raja Kubilai Khan dengan memotong telinga sang utusan.
Tentu saja ini membuat Kubilai Khan marah, dan melancarkan serangan
besar-besaran ke Singasari. Namun ketika serangan dari Kerajaan Tiongkok tiba,
Singasari telah diperintah oleh Jayakatwang (Adipati Kediri) yang telah
membunuh Kertanegara[3].
B. Sejarah Terbentuknya Kerajaan Majapahit
Pada saat
terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya bertugas menghadang bagian utara,
ternyata serangan yang lebih besar justru dilancarkan dari selatan. Maka ketika
Raden Wijaya kembali ke Istana, ia melihat Istana Kerajaan Singasari hampir
habis dilalap api dan mendengar Kertanegara telah terbunuh bersama
pembesar-pembesar lainnya. Akhirnya ia melarikan diri bersama sisa-sisa
tentaranya yang masih setia dan dibantu penduduk desa Kugagu. Setelah merasa
aman ia pergi ke Madura meminta perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya
ia berhasil menduduki tahta, dengan menghadiahkan daerah (tarik)[4]
kepada Raden Wijaya sebagai daerah kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang
ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi, Ike-Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan
menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya memanfaatkan situasi itu untuk bekerja
sama menyerang Jayakatwang. Setelah Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol
berpesta pora merayakan kemenanganya. Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh
Raden Wijaya untuk berbalik melawan tentara Mongol, sehingga tentara Mongol
terusir dari Jawa dan pulang ke negrinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik
tahta dan bergelar Sri Kertajasa Jayawardhana.
C. Raja-raja Majapahit
1.
Kertajasa
Jawardhana (1293 – 1309)
Merupakan
pendiri kerajaan Majapahit, pada masa pemerintahannya, Raden Wijaya dibantu
oleh mereka yang turut berjasa dalam merintis berdirinya Kerajaan Majapahit,
Aryawiraraja yang sangat besar jasanya diberi kekuasaan atas sebelah Timur
meliputi daerah Lumajang, Blambangan[5].
Raden Wijaya memerintah dengan sangat baik dan bijaksana. Susunan
pemerintahannya tidak berbeda dengan susunan pemerintahan Kerajaan Singasari.
2.
Raja Jayanegara
(1309-1328)
Kala Gemet naik
tahta menggantikan ayahnya dengan gelar Sri Jayanegara. Pada Masa
pemerintahannnya ditandai dengan pemberontakan-pemberontakan. Misalnya
pemberontakan Ranggalawe 1231 saka[6],
pemberontakan Lembu Sora 1233 saka[7],
pemberontakan Juru Demung 1235 saka, pemberontakan Gajah Biru 1236 saka,
Pemberontakan Nambi[8],
Lasem, Semi, Kuti dengan peristiwa Bandaderga. Pemberontakan Kuti adalah
pemberontakan yang berbahaya, hampir meruntuhkan Kerajaan Majapahit. Namun
semua itu dapat diatasi. Raja Jayanegara dibunuh oleh tabibnya sendiri yang
bernama Tanca. Tanca akhirnya dibunuh pula oleh Gajah Mada.
3.
Tribuwana
Tunggadewi (1328 – 1350)
Raja Jayanegara
meninggal tanpa meninggalkan seorang putrapun, oleh karena itu yang seharusnya
menjadi raja adalah Gayatri, tetapi karena ia telah menjadi seorang Bhiksu maka
digantikan oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan gelar
Tribuwana Tunggadewi, yang dibantu oleh suaminya yang bernama Kartawardhana.
Pada tahun 1331 timbul pemberontakan yang dilakukan oleh daerah Sadeng dan Keta
(Besuki). Pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada yang pada saat
itu menjabat Patih Daha. Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih
Kerajaan Majapahit menggantikan Pu Naga. Gajah Mada kemudian berusaha
menunjukkan kesetiaannya, ia bercita-cita menyatukan wilayah Nusantara yang
dibantu oleh Mpu Nala dan Adityawarman. Pada tahun 1339, Gajah Mada bersumpah
tidak makan Palapa sebelum wilayah Nusantara bersatu. Sumpahnya itu dikenal
dengan Sumpahamukti Palapa[9].
4.
Hayam Wuruk
Hayam Wuruk
naik tahta pada usia yang sangat muda yaitu 16 tahun dan bergelar Rajasanegara.
Di masa pemerintahan Hayam Wuruk yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada,
Majapahit mencapai keemasannya. Dari Kitab Negerakertagama dapat diketahui
bahwa daerah kekuasaan pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, hampir sama luasnya
dengan wilayah Indonesia yang sekarang, bahkan pengaruh kerajaan Majapahit
sampai ke negara-negara tettangga. Satu-satunya daerah yang tidak tunduk kepada
kekuasaaan Majapahit adalah kerajaan Sunda yang saat itu dibawah kekuasaan Sri
baduga Maharaja. Hayam Wuruk bermaksud mengambil putri Sunda untuk dijadikan
permaisurinya. Setelah putri Sunda (Diah Pitaloka) serta ayahnya Sri Baduga
Maharaja bersama para pembesar Sunda berada di Bubat[10],
Gajah Mada melakukan tipu muslihat, Gajah Mada tidak mau perkawinan Hayam Wuruk
dengan putri Sunda dilangsungkan begitu saja. Ia menghendaki agar putri Sunda
dipersembahkan kepada Majapahit (sebagai upeti). Maka terjadilah perselisihan
paham dan akhirnya terjadinya perang Bubat. Banyak korban dikedua belah pihak,
Sri Baduga gugur, putri Sunda bunuh diri.
Tahun 1364
Gajah Mada meninggal, Kerajaan Majapahit kehilangan seorang mahapatih yang tak
ada duanya. Untuk memilih penggantinya bukan suatu pekerjaan yang mudah. Dewan
Saptaprabu yang sudah beberapa kali mengadakan sidang untuk memilih pengganti
Gajah Mada akhirnya memutuskan bahwa Patih Hamungkubhumi Gajah Mada tidak akan
diganti “untuk mengisi kekosongan dalam pelaksanaan pemerintahan diangkat Mpu
Tandi sebagais Wridhamantri, Mpu Nala sebagai menteri Amancanegara dan patih
dami sebagai Yuamentri. Raja Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389.
5.
Wikramawardhana
Putri mahkota
Kusumawardhani yang naik tahta menggantikan ayahnya bersuamikan
Wikramawardhana. Dalam prakteknya Wikramawardhanalah yang menjalankan roda
pemerintahan. Sedangkan Bhre Wirabhumi anak Hayam Wuruk dari selir, karena Bhre
Wirabhumi (Putri Hayam Wuruk) dari selir maka ia tidak berhak menduduki tahta kerajaan
walaupun demikian ia masih diberi kekuasaan untuk memerintah di Bagian Timur
Majapahit , yaitu daerah Blambangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawardhana
dengan Bhre Wirabhumi disebut perang Paregreg.Wikramawardhana meninggal tahun
1429, pemerintahan raja-raja berikutnya berturut-turut adalah Suhita,
Kertawijaya, Rajasa Wardhana, Purwawisesa dan Brawijaya V, yang tidak luput
ditandai perebutan kekuasaan.
D.
Sumber Sejarah
berdirinya Kerajaan Majaahit
Sumber sejarah
mengenai berdiri dan berkembangnya kerajaan Majapahit berasal dari berbagai
sumber yakni :
Ø Prasasti Butok (1244 tahun). Prasasti ini dikeluarkan
oleh Raden Wijaya setelah ia berhasil naik tahta kerajaan. Prasasti ini memuat
peristiwa keruntuhan kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya untuk
mendirikan kerajaan
Ø Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama, kedua
kidung ini menceritakan Raden Wijaya ketika menghadapi musuh dari kediri dan
tahun-tahun awal perkembangan Majapahit
Ø Kitab Pararaton, menceritakan tentang pemerintahan raja-raja
Singasari dan Majapahit
Ø Kitab Negarakertagama, menceritakan tentang perjalanan
Rajam Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
E.
Kehidupan
Politik
Majapahit
selalu menjalankan politik bertetangga yang baik dengan kerajaan asing, seperti
Kerajaan Cina, Ayodya (Siam), Champa dan Kamboja. Hal itu terbukti sekitar
tahun 1370 – 1381, Majapahit telah beberapa kali mengirim utusan persahabatan
ke Cina. Hal itu diketahui dari berita kronik Cina dari Dinasti Ming.Raja
kerajaan Majapahit sebagai negarawan ulung juga sebagai politikus-politikus
yang handal. Hal ini dibuktikan oleh Raden Wiajaya, Hayam Wuruk, dan Maha Patih
Gajahmada dalam usahanya mewujudkan kerajaan besar, tangguh dan berwibawa.
Struktur pemerintahan di pusat pemerintahan Majapahit :
1. Raja
2. Yuaraja atau
Kumaraja (Raja Muda)
3. Rakryan
Mahamantri Katrini
a. Mahamantri
i-hino
b. Mahamantri i
–hulu
c. Mahamantri
i-sirikan
4. Rakryan
Mahamantri ri Pakirakiran
a. Rakryan
Mahapatih (Panglima/Hamangkubhumi)
b. Rakryan
Tumenggung (panglima Kerajaan)
c. Rakryan
Demung (Pengatur Rumah Tangga Kerajaan)
d. Rakryan
Kemuruhan (Penghubung dan tugas-tugas protokoler) dan
e. Rakryan
Rangga (Pembantu Panglima)
5. Dharmadyaka
yang diduduki oleh 2 orang, masing-masing dharmadyaka dibantu oleh sejumlah
pejabat keagamaan yang disebut Upapat. Pada masa hayam Wuruk ada 7
Upapati.Selain pejabat-pejabat yang telah disebutkan dibawah raja ada sejumlah
raja daerah (paduka bharata) yang masing-masing memerintah suatu daerah.
Disamping raja-raja daerah adapula pejabat-pejabat sipil maupun militer. Dari
susunan pemerintahannya kita dapat melihat bahwa sistem pemerintahan dan
kehidupan politik kerjaan Majapahit sudah sangat teratur.
F. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Kebudayaan Kerajaan
Majapahit
Hubungan
persahabatan yang dijalin dengan negara tentangga itu sangat mendukung dalam
bidang perekonomian (pelayaran dan perdagangan). Wilayah kerajaan Majapahit
terdiri atas pulau dan daerah kepulauan yang menghasilkan berbagai sumber
barang dagangan. Barang dagangan yang dipasarkan antara lain beras,
lada, gading, timah, besi, intan, ikan, cengkeh, pala, kapas dan kayu
cendana.Dalam dunia perdagangan, kerajaan Majapahit memegang dua peranan yang
sangat penting.Sebagai kerajaan Produsen – Majapahit mempunyai wilayah yang
sangat luas dengan kondisi tanah yang sangat subur. Dengan daerah subur itu
maka kerajaan Majapahit merupakan produsen barang dagangan.Sebagai Kerajaan
Perantara – Kerajaan Majapahit membawa hasil bumi dari daerah yang satu ke
daerah yang lainnya. Keadaan masyarakat yang teratur mendukung terciptanya
karya-karya[11](budaya yang bermutu)[12].
[1]Kubilai
Khan (bahasa Mongol: Хубилай хаан), Khubilai Khan,
Kublai Khan atau "Khan Besar Terakhir"; bahasa Mongolia Tengah: Qubilai
Qaγan, "Raja Qubilai"; bahasa
Tionghoa: 元世祖; pinyin: Yuán
Shìzǔ; Wade-Giles: Yüan Shih-tsu, "pendiri
Kerajaan Yuan; bahasa Tionghoa: 忽必烈; pinyin: Hūbìliè,
juga dieja Khubilai; (23 September1215 - 18 Februari1294) adalah kaisar Mongol (1260-1294)
dan juga pendiri Dinasti Yuan (1279-1294).
Terlahir sebagai putra kedua dari Tului dan
Sorghatani Beki,
cucu dari Jenghis Khan. Ia menggantikan kakaknya Mongke
pada tahun 1260.
[2]
Upeti adalah harta yang diberikan suatu pihak ke pihak lainnya, sebagai tanda
ketundukan dan kesetiaan, atau kadang-kadang sebagai tanda hormat. Dalam
sejarah upeti biasanya diminta oleh negara yang kuat kepada negara-negara
sekitar yang lebih lemah, negara bawahan,
serta wilayah-wilayah taklukannya. Dalam sebuah persekutuan,
pihak yang lebih kecil juga kadang-kadang membayar upeti kepada pihak yang
lebih kuat, biasanya bertujuan untuk memperbanyak tentara.
[3]Sri
Maharaja Kertanagara (meninggal tahun 1292), adalah raja terakhir yang memerintah kerajaan Singhasari.
Masa pemerintahan Kertanagara dikenal sebagai masa kejayaan Singhasari, dan ia
dipandang sebagai penguasa Jawa pertama yang berambisi ingin menyatukan wilayah
Nusantara.
Menantunya Raden Wijaya, kemudian mendirikan kerajaan Majapahit
sekitar tahun 1293 sebagai penerus dinasti Singhasari.
[4]Adalah sebuah desa yang dinamai
“Majapahit”. Nama tersebut diberikan berdasarkan dari nama Buah Maja yang
rasanya memang pahit, yang banyak tumbuh disana.
[5]Letak Geografis
Kerajaan MajapahitSecara geografis letak kerajaan Majapahit sangat strategis karena adanya di
daerah lembah sungai yang luas, yaitu Sungai Brantas dan Bengawan Solo, serta
anak sungainya yang dapat dilayari sampai ke hulu.
[6]Ranggalawe
atau Rangga Lawe adalah salah satu pengikut Raden
Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit, namun
meninggal sebagai pemberontak pertama dalam sejarah kerajaan
[7]Mpu
Soraadalah nama salah seorang pengikut Raden
Wijaya yang berjasa besar dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit. Ia sering
dianggap sebagai abdi Raden Wijaya yang paling setia, namun akhirnya mati
sebagai pemberontak di halaman istana Majapahit.
[8]Mpu
Nambi adalah pemegang jabatan rakryan patih
pertama dalam sejarah Kerajaan Majapahit. Ia ikut
berjuang mendirikan kerajaan tersebut namun kemudian gugur sebagai korban
fitnah pada pemerintahan raja kedua.
[9]
sumpah adalah : (1) pernyataan yang diucapkan secara resmi dengan bersaksi
kepada Tuhan atau kepada sesuatu yang dianggap suci (untuk menguatkan kebenaran
dan kesungguhannya dsb.); (2) pernyataan disertai tekad melakukan sesuatu untuk
menguatkan kebenarannya atau berani menderita sesuatu kalau pernyataan itu
tidak benar; (3) janji atau ikrar yang teguh (akan menunaikan sesuatu), maka
teks mengenai ucapan Gajah Mada yang terdapat dalam Serat Pararaton yang
berbunyi :
Sira Gajah Mada patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, sira
Gajah Mada : “Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring
Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring ahang, Dompo, ring Bali,
Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa”.
Terjemahannya adalah : Beliau Gajah Mada Patih Amangkubumi
tidak ingin melepaskan puasa (nya). Beliau Gajah Mada, “Jika telah mengalahkan
Nusantara, saya (baru) melepaskan puasa, jika (berhasil) mengalahkan Gurun,
Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik,
demikianlah saya (baru) melepaskan puasa (saya)”.
[10]Bubat adalah
sebuah pereng Dalam
Kidung Sunda, diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu Hayam Wuruk mulai melakukan langkah-langkah
diplomasi dengan hendak menikahi Dyah
Pitaloka Citraresmi
putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu
Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda
datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu. Gajah Mada yang
menginginkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai
persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda
mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan
Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan
rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayah dan seluruh rombongannya
gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu langkah-langkah diplomasi Hayam
Wuruk gagal dan Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya karena dipandang lebih
menginginkan pencapaiannya dengan jalan melakukan invasi militer padahal hal
ini tidak boleh dilakukan.
[11]Hasil sastra zaman
Majapahit akhir ditulisdalam bahasa Jawa Tengah, diantaranya ada yang ditulis
dalam bentuk tembang (kidung) dan yang ditulis dalam bentuk gancaran (prosa). Kitab Prapanca, isinya menceritakan raja-raja Singasari dan Majapahit,
Kitab Sundayana, isinya tentang peristiwa Bubat, Kitab Sarandaka, isinya
tentang pemberontakan sora, Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan
Ranggalawe, Panjiwijayakrama, isinya menguraikan riwayat Raden Wijaya sampai
menjadi raja, Kitab Usana Jawa, isinya tentang penaklukan Pulau Bali oleh Gajah
Mada dan Aryadamar, pemindahan Keraton Majapahit ke Gelgel dan penumpasan raja
raksasa bernama Maya Denawa., Kitab Usana Bali, isinya tentanng kekacauan di
Pulau Bali. Selain kitab-kitab tersebut masih ada lagi kitab sastra yang
penting pada zaman Majapahit akhir seperti Kitab Paman Cangah, Tantu Pagelaran,
Calon Arang, Korawasrama, Babhulisah, Tantri Kamandaka dan Pancatantra.
[12]Candi : Antara lain
candi Penataran (Blitar), Candi Tegalwangi dan candi Tikus (Trowulan), Hasil
sastra zaman Majapahit dapat kita bedakan menjadi, Sastra Zaman Majapahit Awal,
Kitab Negarakertagama, karangan Mpu Prapanca, Kitab Sutasoma, karangan Mpu
Tantular, Kitab Arjunawiwaha, karangan Mpu Tantular, Kitab Kunjarakarna, Kitab Parhayajna,
Sastra Zaman Majapahit Akhir.
Komentar
Posting Komentar