Metodologi Sejarah Islam
I.2.
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN ISLAM
a.
PENDIDIKAN YANG TINGGI (SAKRAL)
Pada
intinya, pendidikan Islam berusaha mempelajari segala hal untuk lebih mengenal
Rob (Allah). Seluruh aspekpeknya didasarkan pada nilai robbaniyah dijabarkan
dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulnya. Dalam hal ini pendidikan Islam merupakan
pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia
tentang segala hal yang diciptakan dan diajarkanNya sehingga bisa membimbing ke
arah pengenalan dan pengakuan Tempat Tuhan secara tepat di dalam tatanan wujud
dan keberadaanNya. Pendidikan Islam bukan sekedar pemenuhan otak saja, tetapi
lebih mengarah kepada penanaman aqidah. Sementaraitu, pendidikan Islam oleh
Hassan Langgulung sebagaimana dikutip Azyumardi Azra merupakan suatu proses
penyiapan generasi muda, memindahkan pengetahuan dan nilai nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia sebagai khalifah
fil ardl untuk beramal di dunia dan memetik hailnya di akhirat.
b.
PENDIDIKAN YANG KOMPREHENSIF DAN
INTEGRAL
Sebagai
ajaran yang komprehensif, Islam memiliki beberapa karakteristik yang perlu kita
pahami bersama dan dijadikan sebagai landasan berpikir serta bergerak dalam
kehidupan sehari-hari. Yang pertama, merupakan agama yang tidak dibatasi oleh
dimensi ruang dan waktu. Islam tidak mengenal sekat-sekat geografis. Hal ini
yang menjadikan Islam sebagai rahmatan li al-’alamin. Hal ini juga sekaligus
menegaskan kepada kita bahwa Islam bukanlah agama untuk bangsa Arab saja,
seperti yang banyak dikatakan oleh orang-orang sekuler, tapi untuk seluruh umat
manusia di segala penjuru dunia.
Islam
sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya juga berlaku sampai kapan pun, tak
peduli di zaman teknologi secanggih apa pun. Islam tetap berfungsi sebagai
pedoman hidup manusia. Setelah kita paham akan hal tersebut, maka tidak ada
lagi istilah bahwa di zaman modern, ajaran-ajaran Islam sudah tidak relevan
lagi.
Islam
mengatur ajaran yang integral, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dari
masalah yang paling pribadi hingga kemasyarakatan dan kebangsaan. Mulai dari
adab dalam melakukan kegiatan sehari-hari hingga urusan politik nasional dan
internasional. Islam tidak hanya berbicara mengenai masalah ideologi saja,
tetapi juga mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia di sektor ekonomi, sosial,
politik, ilmu pengetahuan dan sektor lainnya.
Bukankah
ayat terpanjang yang termaktub dalam al-Quran berisi aturan dalam bermuamalah
dan perdagangan (QS Al Baqarah: 282). Islam juga tidak hanya mengatur ajaran
tentang hubungan vertikal dengan Allah (hablun minallah) saja, melainkan juga
mengatur hubungan kemasyarakatan antar sesama manusia (hablun minannas). Itulah
sebabnya dalam rukun Islam sebagai dasar peribadatan bagi kaum muslim, selain
diwajibkan shalat sebagai sarana penghambaan secara langsung kepada Allah, juga
ada ibadah zakat yang berhubungan dengan kepentingan sesama manusia. Secara
empiris, dampak ibadah diharapkan akan menyentuh sisi kesejahteraan masyarakat,
tidak hanya peningkatan kualitas spiritual.
c.
PENDIDIKAN YANG REALISTIS
Ada fenomena
yang muncul dalam masyarakat, Pendidikan Islam adalah suatu konsep utopis yang
tidak mungkin dapat diwujudkan, sungguh ini merupakan pandangan yang keliru
tentang pemahaman dalam memahami Pendidikan Islam. Karena Pendidikan Islam
berjalan dalam bingkai yang jelas dan realistis terhadap kenyataan dalam
masyarakat. Hanya saja, Pendidikan Islam berpijak pada idealisme keislaman yang
kadang disalah pahami oleh pihak pelaksana Pendidikan Islam. Akibatnya idalisme
Pendidikan Islam tersebut dipandang sebagai lembaga yang mengutamakan
nilai-nilai ukhrawi dan tidak peduli dengan kenyataan yang ada tegasnya,
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berjalan seiring dengan perkembangan
yang ada dalam masyarakat dan tetap menjaga nilai-nilai keislaman sebagai landasan
berpijaknya.
d.
PENDIDIKAN YANG BERKONTINUITAS
Proses
pendidikan tidak mengenal istilah “Usai”. Setiap individu wajib belajar
sepanjang hayat (long-life education). Hadits Nabi Muhammad yang menyatakan
bahwa menuntut ilmu wajib dilakukan dari buaian sampai ke liang lahat merupakan
konsepsi pendidikan sepanjang hayat dalam makna tidak ada batasan waktu untuk
terus belajar mendalami ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Konsepsi
pendidikan sepanjang hayat telah menjadi dasar pijakan dan sekaligus pembuktian
dari berbagai konsp pendidikan lain. Seperti yang dinyatakan oleh Sternberg
ketika pendekatan triarchic diterapkan pada pendidikan sepanjang hayat ternyata
memunculkan gagasan baru tentang hakekat kemampuan intelektual atau bagaimana
kemampuan itu diukur (Sternberg,1997).
e.
PENDIDIKAN YANG SEIMBANG
Ajaran Islam
menekankan aspek keseimbangan dalam segala hal. Seimbang dalam mengoptimalkan
potensi akal, ruh dan jasad. Dalam Islam ditegaskan, seorang manusia akan
mencapai sukses dalam kehidupannya, manakala bisa mengintegrasikan seluruh
potensinya dengan kadar yang seimbang, baik segi intelektual, emosional,
fisikal dan spiritual. Keseimbangan dalam menjalankan aktivitas dunia tanpa
mengesampingkan aktivitas yang berorientasi akhirat. Ini adalah salah satu
implementasi dari keimanan seseorang akan adanya hari akhir.
Setiap
aktivitas yang kita jalankan hendaknya selalu didasari oleh motivasi ibadah dan
keikhlasan untuk Allah Swt, agar segala yang kita lakukan tidak hanya bermakna
duniawi, tetapi juga berarti bagi kehidupan akhirat kelak. Prinsip itu yang
melatar-belakangi adanya doa-doa dalam setiap aktivitas kita sehari-hari,
sehingga setiap kegiatan yang secara lahiriah bersifat duniawiyah pun akan
bernilai ibadah di sisi Allah Swt. Tak ada yang sia-sia atau hanya berdampak
jangka pendek bagi seroang Muslim. Keseimbangan juga perlu dijaga dalam hal
kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat, sehingga seorang manusia tidak
berkembang menjadi seorang individualis. Sebagaimana Rasulullah Saw pernah
bersabda dalam haditsnya, bahwa “Sebaik-baik manusia ialah yang paling
bermanfaat bagi orang lain”. Kontribusi sosial menjadi ukuran dari lurusnya
komitmen individual kita.
f.
PENDIDIKAN YANG TUMBUH DAN
BERKEMBANG
Pengembangan
Ilmu Pengetahuan yang telah dikuasai harus diberikan dan dikembangkan kepada
orang lain. Nabi Muhammad saw sangat membenci orang yang memiliki ilmu
pengetahuan, tetapi tidak mau memberi dan mengembangkan kepada orang lain (HR.
Ibn al-Jauzy). Selain itu pendidikan Islam yang bersumber dari Al Quran dan
Hadist wajib dikembangkan dan diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu sesuai
kebutuhan manusia selama tidak bertentangan dengan kaidah agama Islam.
g.
PENDIDIKAN YANG GLOBAL/INTERNASIONAL
Islam selalu
sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan. Sebagai agama yang
universal (rahmatan lil alamin) Islam dapat diterima oleh semua golongan, suku,
bangsa karena Allah sudah menurunkan Al Quran yang isinya tentang segala hal
yang akan diperlukan manusia pada jaman dulu, sekarang, dan masa yang akan datang,
oleh siapapun, dimanapun.